Minggu, 15 Juli 2012

kekurangan energi protein (KEP)

KEP ( Kekurangan Energi Protein )

 Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG. Menurut Supariasa ( 2000)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
 Defisiensi kalori dan asupan gizi lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003).
Penyebab langsung dari KEP adalah kekurangan kalori protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain.
Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan kausa multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik (Nelson, 1999), faktor ekonomi, faktor fasilitas perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pertanian dan lain-lain.
Kurang energi protein dijumpai dalam tiga bentuk yaitu marasmus, kwashiorkor dan bentuk campuran marasmic-kwashiorkor.
Bentuk marasmus terjadi karena kekurangan energi terutama kekurangan energi / kalori, sedangkan kwashiorkor terutama oleh karena kekurangan zat protein Manifestasi Klinik. Bukti klinik malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis, atau iritabilitas. Bila terus maju, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina, kehilangan jaringan muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan udem atau pembengkakan.
Gejala klinik dari tiga bentuk kekurangan energi protein menurut standar pelayanan medik RSUP Dr. Sardjito (2000) adalah gejala klinik yang selalu ada, gejala klinis yang biasanya ada dan gejala klinis yang kadang-kadang ada. Kwashiorkor.
1. Gejala klinis yang selalu ada
 • Edema (gejala cardinal, tanpa edema tidak dapat ditegakkan diagnosis kwashiorkor) karena hipoalbuminemia
• Pertumbuhan terlambat
 • Cengeng, apatis
 • Berkurangnya jaringan lemak sub kutan
2. Gejala klinis yang biasanya ada
• Perubahan rambut (tipis, lurus, jarang, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kemerahan karena gangguan melanogenesis), kalau terjadi akut kelainan rambut idak ada
 • Pigmentasi kulit (pellagroid dermatosis)
 • Moon-face
 • Anemia. (30 gejala klinis yang kadang-kadang ada.
Flaky-paint rash, hepatomegali (karena infiltrasi lemak), gejala defisiensi vitamin yang menyertai, gejala/tanda penyakit infeksi yang menyertai Marasmus.
1. Gejala klinis yang selalu ada
 • Pertumbuhan yang sangat lambat
 • Lemak subkutan yang hampir tidak ada (sel lemak masih ada) sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit
 • Jaringan otot mengecil
 • Tidak ada edema, BB Tanda-tanda lain yang menyertai adalah muka bulat, rambut tipis, kulit pecah, mengelupas dan terlihat sengsara.
Secara langsung gizi buruk disebabkan terus rendahnya konsumsi energi protein, juga mikronurien dan makanan sehari-hari dalam jangka waktu yang lama.
 Bila anak menderita gizi buruk tidak segera ditangani, amat berisko tinggi dan berakhir dengan kematian, sehingga akan menyebabkan meningkatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar