Kamis, 12 Juli 2012

APLIKASI ETIKA PERSALINAN

PERSALINAN Batasan Persalinan Kala II : Dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Tanda Gejala Kala II :  ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)  perineum menonjol (perjol)  vulva membuka (vulka)  tekanan anus (teknus)  meningkatnya pengeluaran darah dan lendir  kepala telah turun di dasar panggul Diagnosis Pasti : • pembukaan lengkap • kepala bayi terlihat pada introitus vagina Fase kala II (Aderhold dan robert). • fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap sampai timbul keinginan untuk meneran • fase II : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran sampai kepala crowning (lahirnya kepala) • fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan bayi Kontraksi • sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali • sangat sakit dan akan berkurang bila meneran • kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang menimbulkan tekanan pada otot dasar panggul sehingga timbul reflak dorongan meneran. 1. Persiapan Persalinan a) persiapan ibu dan keluarga b) memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI) c) perawatan sayang ibu d) pengosongan kandung kemih/2 jam e) pemberian dorongan psikologis 2. Persiapan penolong persalinan a) perlengkapan pakaian b) mencuci tangan (sekitar 15 detik) 3. persiapan peralatan a) ruangan b) penerangan c) tempat tidur d) peralatan persalinan e) bahan 4. Penatalaksanaan kala II  setelah pembukaan lengkap, pimpin untuk meneran apabila timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu  beristirahat diantara kontraksi  berikan posisi yang nyaman bagi ibu  pantau kondisi janin  bila ingin meneran, tapi pembukaan belum lengkap, anjurkan bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan lengkap.  bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran, anjurkan untuk mobilisasi atau mengubah-ubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran  bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin meneran setelah 60 menit dari sejak pembuakaan lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri asupan yang cukup)  bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi, rujuk ibu ke fasilitas rujukan. Asuhan kala II 1. Pemantauan Ibu Tanda-tanda dan gejala kala II :  Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.  Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina.  Perineum terlihat menonjol (perjol).  Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.  Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. evaluasi kesejahteraan ibu  tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi(tiap 30 menit), pernafasan  kandung kemih  urine: protein dan keton  hidrasi: cairan, mual, muntah  kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku dan respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping  upaya ibu meneran  kontraksi tiap 30 menit Lama kala II rata-rata menurut Friedman adalah satu jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah abnormal oleh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vacum ekstraksi. Kontraksi selama kala II adalah sering kuat dan sedikit lebih lama, yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya. 2. Pemantauan Janin a. Denyut jantung janin (DJJ)  Denyut dasar 120-160 x/menit  Perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit  Variasi DJJ dari DJJ dasar  Pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit b. Warna dan adanya air ketuban (jernih,keruh, kehijauan/tercampur mekonium). c. Penyusupan kepala janin Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II: 1) Syok 2) Dehidrasi 3) Infeksi 4) preeklampsia/eklampsia 5) inersia uteri 6) gawat janin 7) penurunan kepala terhenti 8) adanya gejala dan tanda distosia bahu 9) pewarnaan mekonium pada cairan ketuban 10) kehamilan ganda(kembar/gemelli) 11) tali pusat menumbung/lilitan tali pusat Asuhan Dukungan 1) pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin 2) membantu pernafasan 3) membantu teknik meneran 4) ikut sertakan serta menghormati keluarga yang menemani 5) berikan tindakan yang menyenangkan 6) penuhi kebutuhan hidrasi 7) penerapan Pencegahan Infeksi (PI) 8) pastikan kandung kemih kosong. Penatalaksanaan Fisiologis Kala II Persalinan 1. Mulai Mengejan Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi. 2. Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan. Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan. 3. Posisi Ibu saat Meneran Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan. 4. Melahirkan kepala Bimbing ibu untuk meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah. 5. Memeriksa Tali Pusat Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi. 6. Melahirkan Bahu Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi. 7. Melahirkan Sisa Tubuh Bayi Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin). Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan. 8. Memotong tali pusat Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. Contoh Kasus Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama satu tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘A’ usia kehamilan 38 minggu dengan keluhan perutnya terasa kencang sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara operasi sesar. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur. 1. ETIKA Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk menolong persalinan Resiko Tinggi. Dalam hal ini letak sungsang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan sendiri dengan keterbatasan alat dan kemampuan medis. Seharusnya ditolong oleh Dokter Obgyn, tetapi dalam hal ini diputuskan untuk menolong persalinan itu sendiri dengan alasan desakan dari kelurga klien sehingga dalam hatinya merasa kesulitan untuk memutuskan sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan. 2. MORAL Bidan menolong persalinan yang seharusnya bukan wewenangnya karena bayi letaknya sungsang, seharusnya persalinan tersebut dilakukan oleh dokter atau bidan yang sudah senior dan memiliki pengalaman dalam menolong persalinan yang letak bayinya sungsang. 3. HAK IBU Ny.A berhak untuk di rujuk ke Rumah sakit dan melahirkan secara operasi sesar karena letak bayinya sungsang tapi keluarga terutama suami menolak dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi dan bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar